Friday, November 5, 2010

basah

Pagi itu hari Senin, aku hafal betul karena sebelum aku memulai pelajaran, aku harus mengikuti upacara. Entah upacara bendera, atau upacara hari senin, yang jelas pagi itu aku wajib mengikuti upacara, diwajibkan lebih tepatnya. Saat itu aku pun mulai bertanya, kenapa upacara dilakukan setiap hari senin? kenapa tidak selasa atau jumat? dan kenapa ada jumat bersih? kenapa tidak upacara hari jumat dan senin bersih? pertanyaan itu selalu menggeliat di otakku sampai saat ini, pusing rasanya.

Setelah upacara selesai, aku masuk kelas dan bersiap untuk menerima pelajaran, yang secara otomastis aku membuat lipatan-lipatan diotakku ini semakin banyak. Karena kata orang, semakin banyak belajar dan mengingat, lipatan otak kita semakin banyak. Lima detik setelah aku duduk, Sang Ibu Guru pun datang dan siap untuk memberikan sebuah materi bernama PEMBAGIAN. "arrrrrggghhhh" batinku menggelegar dan marah, kenapa ada pelajaran matematika? pelajaran yang akan membuatku menghancurkan sebuah pintu saat aku SMA nanti. Tak tahan dengan perlakuan materi bernama pembagian, tiba-tiba "cessssss" aku merasa kakiku dingin sekali. Aku takut ini adalah azab karena aku membenci matematika, tubuhku bergemetar, aku sangat takut sekali mendengar kata pembagian, perkalian, penjumlahan dan pengurangan. Tubuhku menggigil, mataku berlinang air mata dan ku lihat Bu Guru sedang melihatku dengan tatapan tajam, aku semakin takut dan takut. Akhirnya pecahlah rasa ketakutanku ketika Sang Guru bertanya "Faskha, kamu ngompol ya? ayo dibersihkan dulu"

be the winner in competition

Entah mengapa aku merasa nyaman di kelas A ini, karena aku dikelilingi teman cantik atau aku dikelilingi guru cantik, entahlah, yang jelas aku sangat merasa nyaman padahal disini aku mempunyai 2 musuh bebuyutan, musuh yang positif tentunya. Yang pertama adalah Riski Agus Purnama, dia adalah pria sehat yang tubuhnya selalu penuh dengan keringat, keringat yang tidak bau tentunya, sangat-sangat tidak bau hanya sedikit membuat kamu menahan nafas dalam beberapa detik jika disampingnya. Dia adalah pria yang pintar, dia lebih muda 1 tahun dariku tapi dia bisa masuk kedalam angkatan yang sama denganku. Yang kedua adalah Tifa, sangat sulit untuk mengingat nama panjangnya, mungkin nama panjangnya adalah Tifaaaaaaaaaa atau Tiiiiiiiiiifa atau mungkin Tiiiiiiiiiifaaaaaaaaaa, aku tak tau. Dia adalah wanita pintar. Kami bertiga selalu berlomba untuk menjadi peringkat pertama dikelas. Caturwulan pertama Riski yang menjadi peringkat pertama, caturwulan kedua Tifa peringkat pertama, caturwulan ketiga aku yang menjadi peringkat pertama. Begitu terus menerus dari kelas satu sampai kelas tiga, sampai-sampai catur dan wulan tidak pernah menjadi peringkat pertama.