Saturday, October 23, 2010

kecilku dan laluku

Sebelum menjadi yang sekarang ini, aku melewati tahapan-tahapan kehidupan terlebih dahulu. Dimana aku harus belajar menyetir mobil, motor, sepeda, menyanyi, menulis, membaca sampai belajar berjalan. Kecilku dan laluku sangat disukai banyak orang karena ketampananku dan kelucuanku, dan saat ini aku sangat berharap itu semua masih ada didiriku (sedikit berharap). Aku berada dikeluarga yang sangat bahagia, Ayahku adalah seorang PNS jujur dan Ibuku dosen baik hati. Saat itu, hampir semua permintaanku dituruti kecuali satu, permintaanku untuk berpacaran. Tak tau mengapa permintaanku itu ditolak, karena baru berumur beberapa bulan atau aku terlalu tampan, entahlah.

Ketika aku masih kecil, aku sering ditinggal Ibuku ke Jakarta. Saat itu, Ibuku sedang melanjutkan pendidikannya untuk mendapatkan gelar M.Hum, pendidikan S2 di Universitas Indonesia. Aku diasuh oleh tetanggaku yang saat ini aku anggap sebagai emakku, beliau adalah Mak Sami. Aku bertemu dengan Ibuku hanya 1 bulan sekali dan selama ditinggal beliau, kebutuhan ASI ku diganti dengan fanta, sprite dan coca cola (??????).

Waktu terus berlalu hingga aku menginjak umur 6 tahun dimana aku siap untuk mengenyam pendidikan yang dari dulu sampai sekarang aku berpikir pendidikan itu membosankan. Dan ketika aku menulis ini, aku baru sadar kalau pendidikan itu mengalihkan duniaku. Mengalihkan dari yang tidak tahu menjadi tahu, bodoh menjadi pintar, 0 menjadi 100 dan yang paling tidak kusukai, mengalihkan dari muda menjadi tua (aarrgghh).

TK PGRI 26, TK yang sangat berkelas, taman kanak-kanak yang berstandar Internasional dimana semua percakapan harus menggunakan Bahasa Inggris (sedikit berkhayal). TIDAK!! TIDAK BENAR!! TK PGRI 26 adalah TK yang penuh dengan kewaspadaan karena sebelah TK tersebut adalah sungai berkedalaman 70 skala richter (?????). Kali SD atau sungai SD adalah nama lengkap sungai tersebut, terdapat sebuah perahu besar lengkap dengan jala dan jangkar (zzzzz, sedikit bercanda). Sungai tersebut cukup bersih dimana aku sering iseng bermain air di sungai tersebut bersama teman-teman dan Bapak/Ibu Guru (maaf, sekali lagi bercanda). Sungai tersebut hampir penuh dengan tumpukan sampah yang kadang mengganggu kegiatan belajar kami. Aku pernah protes dengan Kepala Sekolah saat itu dan mengadakan demo kecil-kecilan. Aku pimpin semua teman-temanku, aku kerahkan semuanya dan mereka membawa spanduk bertuliskan "ganyang Malaysia", "Indonesia Merdeka", "Anti kekerasan", "Turunkan harga bahan pokok", "Merdeka atau Mati?? Mati!!" dan salah satu temanku yang lucu menulis "Kembalikan Sungai kami dan biarkan ikan-ikan hidup disana walaupun tanpa ditemani seonggok sampah".

No comments:

Post a Comment